KOPI: Dilema Deforestasi Dan Perubahan Iklim

Jumat, 18 Januari 2013

RUMAHKOPI MATITI, Medan - Saat ini kopi menjadi komoditi perdagangan internasional terbesar setelah minyak. Berdasarkan laporan International Coffee Organization (ICO), diperkirakan konsumsi global pada tahun 2009/10 mencapai total 129.700.000 bags (1 bags = 60 kilogram) kopi dengan nilai perdagangannya sebesar US $ 15,4 miliar. Pada tahun 2010, sektor ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 26 juta orang di 52 negara-negara penghasil. Dan Sekitar 70 negara yang memproduksi kopi (yang Anggota ICO) bertanggung jawab atas lebih dari 97 persen dari produksi dunia

Indonesia adalah termasuk salah satu negara terbesar pengeksport kopi dunia setelah Brazil dan Vietnam, meskipun sumbangsih pendapatan devisa negara dari sektor ini masih terbilang kecil yakni tidak sampai 2% dari total pendapatan devisa. Meskipun mengalami fluktuasi, namun eksport kopi Indonesia kecenderungannya mengalami kenaikan daripada negara Vietnam yang mengalami penurunan.

Situasi ini juga sejalan dengan yang terjadi di Sumatera Utara, dimana nilai eksport kopi selama kurun waktu lima tahun belakangan ini mengalami kenaikan khususnya untuk kopi jenis Arabika menurut data BPS dan Dinas Pertanian. Produksi kopi arabika di Sumut tahun 2008 sebesar 43.643,32 ton. Kemudian pada tahun 2009 produksi meningkat menjasi 45.482,81 ton dan kemudian diikuti perkembangan positif pada 2010 yang tercatat Sumut memproduksi kopi jenis itu sebanyak 46.655 ,75 ton per tahun.

Peningkatan produksi kopi itu juga ditandai dengan peningkatan lahan/perkebunan kopi di Sumatera Utara oleh rakyat. Tahun 2008 luas areal kebun kopi seluas 53.869,36 hektar. Tahun 2009 luas areal meningkat menjadi 57.141,89 hektar, dan pada 2010 luas areal 58.418,32 hektar. Data Statistik Direktorat Jenderal Pertanian, Departemen Kehutanan mencatat bahwa luas areal perkebunan kopi di Sumatera Utara yakni seluas 80.244 hektar dimana seluas 79,544 hektar dikerjakan oleh rakyat dan seluas 700 hektar oleh swasta/perusahaan.

DEFORESTASI
Peningkatan lahan atau perluasan kebun kopi di Sumatera Utara ternyata berdampak terhadap penurunan luasan kawasan hutan (deforestasi) tropis dan bahkan memicu terjadi degradasi lahan, karena areal yang menjadi sasaran dari ekspansi perluasan kebun kopi adalah hutan baik yang berstatus sebagai hutan negara maupun sebagai hutan hak.

Selain karena alasan daerah yang cocok untuk tanaman kopi, lahan hutan lah yang tersisa untuk perluasan kebun. Dimana rata-rata pembukaan lahan baru tersebut oleh satu keluarga seluas 0,3 – 0,5 hektar karena terbentur masalah modal.

Adapun wilayah kabupaten yang menjadi ekspansi kebun kopi itu diantaranya adalah kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, dan Tanah Karo. Wilayah kabupaten tersebut memiliki dataran tinggi yang berada dalam satu punggungan, Bukit Barisan.

Namun fakta lapangan memperlihatkan bahwa sebenarnya masyarakat belum maksimal mengelola kebun kopi yang ada sehingga terlihat banyak pohon kopi yang kering dan tak terawat. “semakin luas lahan, semakin banyak hasil” selalu menjadi pola pertanian rakyat. Sesungguhnya logika tersebut dapat benar, namun melihat produktifitas yang tidak maksimal maka pola itu bisa salah dan merugikan .

Berdasarkan laporan dari International Coffe Organization (ICO) menyebutkan bahwa data tahun 2011, Indonesia memiliki lahan kebun kopi produktif seluas 1.340.000 hektar dengan total produksi sebanyak 8.620.000 bags pertahun dan eksport kopi hijau sebanyak 3.484.490 bags pertahun. Sementara negara Vietnam hanya memiliki lahan kebun kopi seluas 571.000 hektar mampu memiliki total produksi sebanyak 24.058.000 bags pertahun dimana eksport kopi hijau sebanyak 17.646.329 bags pertahun. Lainnya adalah negara Brazil yang memiliki kebun kopi produktif seluas 2.056.290 hektar dengan total produksi 43.484.000 bags pertahun dan mampu mengeksport kopi hijau sebanyak 30.141.034 bags pertahun.

Dengan masih menggunakan pola pertanian tradisional tersebut maka kita mengalami kerugian karena perubahan fungsi dan kerusakan hutan. fungsi hutan sebagai resapan air, rumah (habitat) bagi satwa-satwa menjadi hilang, yang sebenarnya punya peran penting juga bagi manusia dan tanaman itu sendiri.

Padahal tanaman kopi akan mengalami pertumbuhan yang baik jika berhubungan dengan pohon-pohon rindang (naungan) untuk menjaga iklim mikro, memperkaya bahan organik didalam tanah, kebutuhan akan nutrisi kecil karena terlindungi dari sinar matahari langsung dengan kata lain meminimalkan kebutuhan dan residu pupuk. Selain itu memungkinkan untuk diversifikasi produksi.

PERUBAHAN IKLIM
Pertumbuhan kopi yang baik sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan, serta ketinggiannya terutama untuk pegunungan tropis. Sehingga pemanasan suhu bumi dalam skala global yang terus meningkat akan berdampak mempengaruhi iklim dan curah hujan yang notabene akan berpengaruh juga terhadap produksi kopi baik kualitas maupun kuantitasnya. Bahkan hasil penelitian dari Royal Botanic Garden, London’s menyebutkan bahwa pada tahun 2080 semua jenis kopi Arabika yang ada dibumi akan hilang. Dan dalam kurun waktu menuju tahun tersebut, harga kopi akan melambung dengan kualitas rendah.

Sementara penelitian lain mengatakan bahwa perubahan suhu adalah yang paling mempengaruhi produksi kopi. Disebutkan juga bahwa produksi kopi akan mengalami penurunan hingga 34% pada tahun 2020 dari produksi saat ini. Dan penelitian itu juga menyebutkan bahwa proksi terbesar dalam peningkatan biaya produksi adalah diperuntukan untuk upah minimum tenaga kerja.

Banyak penelitian menyebutkan bahwa perubahan tutupan hutan oleh deforestasi tidak secara langsung mengancaman keberlangsungan tanaman kopi, tetapi lebih pada suhu. Namun perubahan suhu atau iklim salah satunya dipengaruhi oleh deforestasi.

Sehingga, jika tetap mengedepankan pola pertanian secara tradisional untuk jenis komoditi kopi di Sumatera Utara – yang sarat dengan perambahan hutan – maka akan semakin mempercepat keadaan buruk bagi semua pihak yang berkaitan dengan tanaman kopi ini baik bagi petani, perusahaan eksport, maupun kedai/cafe kopi, dan penikmat kopi. Sumber
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translate

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rumah Kopi Matiti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger